Mangga Gladhen Bisnis

SentraClix DbClix

Pages

Sabtu, 29 Mei 2010

Cara Membuat Batik

1) Batik

Batik merupakan kerajinan tangan rakyat yang sudah dikembangkan sejak lama, disamping itu juga merupakan salah satu warisan budaya adi luhung yang dimiliki Indonesia. Lewat batik, kita dapat belajar banyak tentang falsafah hidup. Setiap motif batik selalu menyimpan makna. Tiap guratan dan perlambang dalam motif batik mengandung doa, falsafah dan cerita yang dapat member inspirasi dalam kehidupan.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam membuat batik antara lain:

a. Malam

Malam merupakan bahan yang sangat berperan sekali dalam membuat batik. Sebelum digunakan membatik malam berbentuk padat setelah ditaruh dalam wajan dan dipanasi dengan kompor maka malam tersebut akan mencair. Konsentrasi cairan malam harus dijaga dengan cara mengatur besar kecilnya api kompor. Malam memiliki beberapa jenis yang diantaranya:

· Malam merah atau hitam

· Malam kuning

· Malam putih

· Malam kepyar, dan jenis malam yang lainnya

b. Kain Mori

Untuk batik tulis bakaran kain yang digunakan sebagai media tulis dan lukis dalam membatik menggunakan kain mori yang bahan dasarnya 100% dari kapas (kain mori katun). Beberapa alasan pengrajin menggunakan kain mori diantaranya:

· Kain mori ini tergolong kain yang cukup tipis, jika dibatili akan tembus atau batiknya akan terlihat jelas sehingga mudah untuk di terusi.

· Kain mori memiliki penyerapan terhadap zat warna sangat bagus. Selain itu sangat mudah didapat sebab banyak terdapat dipasaran.

· Bila kain mori tidak 100% kapas, atau bercampur bahan lain seperti nylon, biasanya kalau terkena malam panas akan mengkerut, selain itu tidak dapat menyerap zat warna dengan sempurna.

c. Zat Pewarna

Yaitu zat yang dpergunakan untuk mewarnai kain bathik, zat pewarna ini dibedakan atas zat pewarna buatan/sintetis (hasil proses kimiawi) dan zat pewarna alami (dari tumbuh – tumbuhan). Untuk saat ini pewarnaan bathik di Bakaran Wetan lebih banyak menggunakan zat berwarna buatan, yang dikarenakan zat pewarna tersebut lebih murah harganya dan lebih mudah didapatkan dipasaran. Menurut jenisnya zat pewarna dibagi menjadi 3 bagian yang diantaranya :

· Wedel adalah zat warna dasar, dengan warna biru tua. Wedel dengan warna biru tua ini biasanya diaplikasikan pada batik klasik bakaran.

· Sogo ini merupakan zat pewarna khusus, dengan warna merah kecoklatan. Sogo dengan warna merah kecoklatan biasanya diaplikasikan pada batik klasik bakaran.

· Saren disini hanya digunakan sebagai zat penentu warna, jadi bila membeli sogo pasti harus beserta dengan sarennya.

secara umum warna-warna yang sering dipapaki dalam pewarnaan batik sebagai berikut:

1. Warna hitam

2. warna biru tua

3. warna soga/ coklat

4. warna mengkudu/ merah tua

5. warna hijau

6. warna kujning

7. warna violet

Proses Pembuatan Batik Tulis

Proses pembuatan Bathik Solo, secara garis besar dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu

I. Diloyor

Adalah dimana kain mori sudah dipersiapkan, direndam untuk menghilangkan kanjinya. Dan dikeringkan. Kemudian setelah kering direndam kembali didalam bubur beras Wulu serta dikeringkan kembali dengan cara dibentang supaya kain tersebut tidak kusut.

II. Dikemplong

Yaitu memukul – mukul kain yang telah selesai diloyor palu kayu besar yang bertujuan supaya kainnya menjadi rata.

III. Membuat Pola

Dalam membuat pola batik Solo terdapat 2 macam proses pembutan pola. Yaitu : pola langsung dan pola tidak langsung. Pola langsung, dimana si pembuat pola tidak memerlukan alat bantu berupa kertas tetapi dari canting langsung idenya digambarkan dalam kain mori. Langkah ini biasanya di kerjakan oleh pembatik yang sudah professional. Sedangkan pola tidak langsung pembatik harus menggambar dulu motif batik dalam kertas lalau dipindahkan dalam kain mori menggunakan pensil dengan dibantu meja kaca dan penyinaran lampu.

IV. Ngengkrengan

Yaitu melukis dengan canthing kengkrengan mengikuti gambar pada kain yang telah digambari corak batik dengan pensil. (untuk bathik cap, tidak melalui proses ini). Dan ngengkreng ini merupakan proses pembatikan awal pada kain mori sesuai dengan pola / motif yang dibuat sebelumnya dengan menggunakan canting yang berlubang besar dan berlubang sedang. Malam yang digunakan jenis malam merah. Semua ornament harus diisi sesuai denga keahlian pengrajin masing-masing

V. Nyeceki

Adalah membuat rancangan gambar dengan malam dan menggunakan canting cecek. Nyeceki ini dilakukan jika dalam desainnya terdapat pola / ornament yang membutuhkan proses ini.

VI. Isen – isen

Tahap ini menekankan pada gambar supaya lebih hidup dengan cara mengisi rancangan gambar dengan melekatkan malam dan menggunakan canting Isen – isen. Isen-isen ini dilakukan jika dalam desainnya terdapat pola / ornament yang membutuhkan proses ini.

VII. Nerusi

Adalah merekatkan malam pada sisi sebaliknya, yang bertujuan untuk mendapatkan hasil bathikan yang berkualitas. Nerusi ini hampir mirip dengan ngengkreng, sesuai dengan istilahnya nerusi hanya merupaka proses kelanjutan dari ngengkreng dengan membalik bagian kain mori yang sudah di kengkreng

VIII. Nembok

Nembok adalah proses menutup bagian yang dikehendaki agar nantinya warna akan tetap putih / tidak terkena warna tertentu. Malam yang digunakan berjenis malam hitam. Dan canting yang digunakan adalah canting yang berlubang besar (canting tembok). Jika penebalan dilakukan pada pola Bledah maka yang dilakukan untuk pertama kalinya harus menggunakan malam putih, setelah itu di ulang dengan malam kuning dan dikerjakan dengan berulang-ulang.

IX. Wedel

Wedel merupakan langkah untuk memberikan warna dasar pada sebuah batik, proses ini memberikan warna biru tua kehitam-hitaman, tapi dengan seiringnya perkembangan batik yang semakin kaya akan motif dan warna, wedel sekarang sangat berfariatif.

X. Pengerikan / kerok

Istilah pengerikan sering disebut dengan kerok, yaitu suatu langkah pelepasan malam dari ngengkrengan dan nerusi dengan menggunakan alat seperti pisau tumpul yang di bengkokkan seperti huruf “u”. fungsi dari pengerikan ini agar nantinya batik yang setengah jadi dapat diberi warna sogo. Tapi sebelumnya harus di jemur dulu.

XI. Mbironi

Kain wedelan, yang telah melalui proses pengerokan biasanya malam batikan mengalami kerontokan, untuk mencegah kemasukan warna lain, maka ditutup kembali. Dan yang dimaksud mbironi adalah menutup bagian yang dikehendaki agar tetap berwarna biru dan putih, selain itu agar jangan sampai kemasukan warna lain bila disogo nanti. Mbironi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan canting tembok dan klowong atau canting khusus untuk mbironi..

XII. Menyogo dan Saren

Proses sogo ini dilakukan agar motif batik bisa mendapatkan warna coklat kemerahan yang akan memberikan warna pada bagian bekas kerokan. Setelah proses sogo selesai dan betul-betul kering lalu disaren, saren sendiri berfungsi sebagai proses penguat warna. Untuk menyogo dan saren ini biasanya menggunakan zat pewarna alami yang terbuat dari kulit kayu ; jambal, tinggi dan teger. Jenis tumbuhan ini terdapat di daerah NTB dan Kalimantan.

XIII. Nglorot atau Mbabar

Proses ini adalah melepas semua malam yang nempel pada kain batik tanpa terkecuali, dan merupakan tingkat pekerjaan yang paling akhir. Dengan cara memasukkan kain batik yang masih penuh dengan malam kedalam air mendidih, dengan demikian seluruh malam yang nempel pada desain batik akan hilang dan meleleh dengan sendirinya.

XIV. Mbilasi

Yaitu setelah malam bathiknya lepas dari kain kemudian kainnya dibilas dengan air hingga bekas airnya sampai kelihatan bening.

XV. Pememehan

Setelah proses babaran usai tahap berikutnya adalah pengeringan kain bathik. Dengan cara dijemur sampai kering dan tidak boleh kontak langsung dengan pancaran sinar matahari.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Wih panjang juga yaa prosesnya. Saya nggambar pakai pensil aja sering salah salah

Posting Komentar