Terjadinya Desa Poleng
Sementara kita tinggalkan hiruk pikuknya suasana keraton Kasunanan, sepeninggal Sekarkedaton yang berhasil meloloskan diri.
Dengan perasaan yang sangat sedih dan prihatin, Sekarkedaton berjalan tertatih – tatih sendirian, akhirnya dia sampai di kawasan hutan poleng, yang arahnya sebelah timur laut dari pusat keraton.
Kawasan hutan poleng pada waktu itu masih sangat lebat, angker dan dihuni oleh berbagai binatang buas, dan tidak aneh jika jarang orang berani memasuki hutan tersebut.
Sekarkedaton dalam situasi yang serba terpaksa, memberanikan diri untuk tinggal dihutan tersebut. Dia bersembunyi di sebuah pohon “KEPOH” yang berlubang, orang awam menyebutnya “LENG” atau menyerupai gua. Sehingga suatu saat nanti tempat tersebut dinamakan desa “ POLENG “, disitulah Sekarkedaton menyembunyikan diri untuk menghindar dari kerajaan prajurit keraton.
Pencarian yang dilakukan prajurit Telik Sandi Keraton, yang oleh Pakubuwana disebar ke berbagai penjuru pelosok, nampaknya sepandai-pandai manusia menyembunyikan bangkai akhirnya persembunyian Sekarkedaton diketahui juga.
Namun berhubung para prajurit tidak diberi wewenang untuk membunuhnya, maka prajurit telik sandi itupun kembali ke keraton guna melaporkan hasil pencariannya. Sesampai di keraton kasunanan oleh prajurit telik sandi, dilaporkan bahwa putri Sekarkedaton melarikan diri di hutan Poleng, serta bersembunyi di dalam pohon kepoh yang berlubang. Maka hal itu membuat hati sang prabu agak lega artinya bahwa persembunyian sekarkedaton atau garwa ampil yang dianggap melanggar tatasusila tersebut, sudah diketahui.
Kemudian Pakubuwana IV mengumpulkan seluruh ahli “Teluh/Tenung” guna mengirimkan tenung ke Sekarkedaton tersebut, berbagai ahli dalam ilmu hitam khususnya Teluh Santet, Jengges dari berbagai pelosok mengharap sang prabu, untuk melaksanakan titah dari Pakubuwana IV.
0 komentar:
Posting Komentar