Upacara Susuk Wangan, upacara adat tradisional “Susuk Wangan” di desa Setren, kecamatan Slogohimo, kabupaten Wonogiri, dilakukan setiap tahun yaitu pada hari Sabtu Kliwon bulan Besar ( tahun Jawa ). Bila dicermati dan direfleksikan secara mendalam (‘tandhesing batin’ – Bahasa Jawa), kegiatan tersebut betul-betul merupakan integrasi acara kebangkitan budaya, sosial, ritual-spiritual, pembangunan semangat pemberdayaan kebersamaan kegotong-royongan masyarakat yang luar biasa. Cerita ini sudah sejak zaman nenk moyang, sebuah desa yang didekat gunung yaitu desa Setren, konon ada sebuah adat istiadat yang sangat langka berupa acara adt tradisional bernama “Susuk Wangan” (bahasa Jawa).
“Susuk Wangan” pada zaman dahulu kegiatannya dilakukan dengan cara beberapa orang membawa panggang ayam kampung dan tumpeng yang dibawa ke sumber air, serta disajikan dan mohon doa restu kepada Allah Yang Maha Kuasa. Hal itu dimaksudkan agar air yang digunakan warga masyarakat desa Setren menjadi sangat berarti dan bermanfaat serta berhikmag besar bagi segenap warga masyarakat semuanya. Oleh karena itu, warga masyarakat dam para pengunjung berdoa bersama didekat sumber air tersebut.
Demikianlah pelaksanaan acara adat “Susuk Wangan” di zaman dahulu, tidak hanya ditujukan kepada sumber air bersih (air minum), tetapi juga diarahkan pada sumber air yang bermanfaat untuk mengaliri sawah-sawah. Oleh karena itu, para pemilik sawah juga membawa panggang ayam kampung dan tumpeng ke sumber air tersebut diatas.
Acara tersebut juga dimeriahkan dengan kegiatan festival gledekan, yang merupakan alat transportasi masyarakat untuk membawa sayuran dan hasil hutan lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar