Jamuran, permainan ini dilakukan oleh sekelompok orang minimal 4 orang. Pemainnya berdiri melingkar dan bergandengan tangan.
Bekelan, permainan ini bisa dimainkan oleh dua orang, yang satu sebagai lawan mainnya. Permainan ini dilakukan secara bergantian. Apabila satu pemain kalah, pemain yang satu yang memainkan begitu seterusnya. Alatnya berupa bola bekel dan empat buah batu kerikil. Cara bermainnya, bola bekel dilempar ke atas dengan pelan. Kemudian mengambil batu yang berada di bawah. Lalu kembali menangkap bola yang melambung tadi, sebelum bola jatuh ke tanah. Pertama, ambil batunya satu persatu, lalu dua per dua, lalu 3, lalu 4, begitu seterusnya.
Dakon, permainan ini tidak hanya sering dilakukan oleh masyarakat. Namun permainan ini juga dilakukan oleh puteri raja dalam keraton Dalam keraton biasanya menggunakan kecik (biji sawo). Selain biji sawo juga bisa menggunakan kerikil. Setiap lingkaran diberi kerikil 5 buah. Kecuali lingkaran yang berada disamping. Lingkaran itu dibiarkan kosong karena untuk menempatkan hasilnya. Permainan ini dimainkan oleh dua orang secara bergantian.
Bedelikan, permainan ini biasanya dilakukan oleh 5-7 orang atau lebih. Biasanya dilakukan pada siang hari atau juga sore hari. Pemain yang jaga biasanya pemain yang kalah pinsut. Pemain yang jaga menutup matanya lalu menghitung dari 1 sampai 10. pemain yang lain bersembunyi ditempat yang kira-kira dianggapnya aman dan tidak diketahui oleh yang jaga. Pemain yang bisa ditemukan oleh pemain yang jaga berkumpul lalu pinsut dan yang kalah pinsut menjadi yang jaga. Di daerah Boyolali permainan ini sering disebut ambbellan atau delikan.
Sudamanda (engklek), di daerah Boyolali permainan ini sering disebut Brok. Permainan ini biasanya dilakukan oleh 3-5 orang. Permainan ini menggunakan gancu (pecahan genting). Permainan ini dimainkan sesuai dengan bidangnya. Pemain melempar gancu kedalam kotakan bidang. Lalu pemain berjalan menggunakan satu kaki atau engklek. Pemain deprok apabila berada di tempat yang dianjurkan untuk deprok. Pemain kembali engklek kemudian mengambil gancu. Ulangi permainan tersebut sampai akhir. Setelah gancu berhasil menempati semua kotakan, lalu pemain berjalan dengan mata tertutup untuk mencari gancunya sendiri. Apabila pada saat berjalan pemain menginjak garis, berarti permainan diulangi lagi setelah temannya bermain. Setelah gancunya berhasil didapatkan, pemain membelakangi bidang kemudian melempar gancu tersebut ke bidang. Setelah dapat, maka pemain mendapatkan tempat untuk deprok dan tempat itu tidak bisa dijamah oleh pemain lainnya.
Apolo, di daerah Boyolali permainan ini sering disebut Boinan. Permainan ini biasanya dilakukan oleh 3-5 orang atau lebih. Permainan ini menggunakan pecahan genting yang ditumpuk-tumpuk. Kemudian para pemain melemparnya dengan menggunakan bola kasti. Pemain dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok yang menang dan kelompok yang jaga. Apabila salah satu pemain dari kelompok yang menang berhasil merobohkan tumpukan genteng pemain yang menang berlari, lalu pemain yang kalah berusaha melempar bola tersebut ke pemain yang menang sambil menata tumpukan genteng. Apabila genteng berhasil ditumpuk, maka kelompok pemain yang menang menjadi kalah.
Bentik, permainan ini biasanya dilakukan oleh 5 orang atau lebih. Para pemain dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok jaga dan kelompok main. Permainan ini menggunakan bambu/bilah. Yang satu panjang dan yang satu pendek. Memainkanya, bambu yang pendek ditempatkan ditanah yang sudah dilubangi dengan arah melintang menyerupai jembatan. Lalu bambu yang panjang dimasukan dalam lubang dan mengangkat bamboo yang kecil sehingga melambung. Pemain yang jaga menangkap bambu tersebut. Apabila tertangkap mendapatkan poin. Lalu bambu yang panjang ditaruh diatas tanah yang berlubang tadi. Apabila berhasil mengenai bambu yang panjang maka pemain yang main menjadi kalah dan bergantian menjadi jaga.
Cublak-cublak suweng, permainan ini dimainkan oleh beberapa orang. Ada satu yang tengkurap. Sedangkan yang lain meletakan tangannya diatas punggung orang yang tengkurap tadi. Sambil menyanyikan lagu cublak-cublak suweng ada seorang anak yang membawa kerikil kemudian diletakkan secara berurutan sampai lagu selesai. Setelah selesai kerikil itu ada digenggaman salah seorang anak dan yang tengkurap menjawab siapa yang membawa kerikil itu. Bila benar, si pembawa kerikil akan jaga. Jika salah, dia tetap jaga.
Pak tepong, permainan ini dimainkan oleh beberapa orang. Sebelumnya dibuat garis sebagai batas pelempar dan beberapa meter didepannya dibuat lingkaran. Setiap pemain melemparkan gacuknya ke dalam lingkaran. Bagi yang gacuknya diluar lingkaran dan paling jauh, dia harus jaga. Si penjaga menata gacuk. Ke atas kemudian ia harus menutup matanya. Saat dia menutup mata, teman-temannya bersembunyi. Dia harus mencari kawannya. Bila dia melihat temannya, dia harus memegang kacuk dan berkata pak tepong. Namun kawannya juga bisa menendang gacuk-gacuk itu. Saat itulah kawan-kawan lain bisa bersembunyi lagi sementara penjaga menata kembali gacuk-gacuk itu. Yang digunakan sebagai gacuk biasanya adalah serpihan genting dan kaca.
Betengan, permainan ini dimainkan oleh beberapa orang. Cara bermainnya yaitu ada dua buah pohon yang letaknya berseberangan. Tiap pohon dihuni oleh beberapa orang. Caranya yaitu perkelompok berusaha untuk memegang kelompok lawan. Namun dalam usahanya it dihalang-halangi oleh pemilik pohon. Bila lawan ada yang dipegang pemilik maka lawan itu menjadi milik pemilik. Dan jika bisa memegang pohon lawan maka ia menjadi pemenang. Benda yang dibutuhkan yaitu dua buah pohon.
Bat engklek, dimainkan lebih dari satu orang. Ada dua macam batengklek yaitu batengklek biasa dan montor mabur. Bathengklek biasa berbentuk segiempat yang dibagi-bagi sedangkan montor mabur berbentuk pesawat terbang. Cara bermainnya sama, gacuk dilempar sesuai urutan kemudian pemilik engklek pada kotak-kotak yang ditentukan. Jika semuanya sudah selesai, pemilik akan mendapatkan sawah jika lemparan gacuk masuk pada kotak-kotak tadi. Alat : gacuk (serpihan genting, kaca, uang).
Mbar Suru, mbar suru adalah permainan rakyat yang ada di daerah eks karisidenan Surakarta khususnya di daerah Boyolali. Permainannya adalah dengan biji Flamboyan atau Asam, disebar di lantai, tidak boleh melewati garis ubin, kemudian diserok dengan kertas atau plastik yg dijepitkan di antara jemari. Ketika menyerok 2 biji yg berdempetan, tidak boleh menyentuh biji yg tidak diserok. Jika menyentuh, artinya harus berganti pemain. Permainan ini diawali dengan masing-masing pemain menyertakan 'modal' biji, misalnya 5 atau 10 dan pada akhir permainan, dihitung siapa yg lebih untung.
Ancak-ancak Alis, jenis permainan tradisional anak-anak yang ada di daerah sekitar eks karesidenan Surakarta ini, dalam proses permainannya menggunakan istilah-istilah yang berhubungan dengan pertanian. Ketentuan jumlah pemain dalam permainan ini tidak ada, semakin banyak anak-anak yang terlibat dalam permainan ini akan semakin meriah. Tempat permainannya biasanya dipilih yang luas dan rata. Cara bermainnya yaitu pertama-tama semua pemain bersepakat untuk memilih dua orang yang diantara mereka cenderung memiliki kekuatan, ketinggian, dan besar badan yang sama untuk menjadi petani. Kemudian petani ini segera menyingkir dari kelompok permainan untuk berunding mengenai nama-nama yang diambil dari istilah pertanian, misalnya A memilih nama jagung dan B memilih nama kacang. Kemudian kedua petani berdiri berhadapan dengan kedua tangan diangkat keatas dan mereka saling menepuk tangan sambil menyanyikan lagu ancak-ancak alis. Masing-masing lagu ini di daerah Jawa ada perbedaan antara daerah yang satu dengan yang lainnya.
1 komentar:
matur nuwun kangmas
Posting Komentar